MAKALAH
Sikap
Sosial dalam Beradaptasi dan Sosialisasi
Nama : Dedi
Kelas : 1IA01
NPM : 51411806
Mata
Kuliah : ILMU SOSIAL DASAR #
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jl.
Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok. Telp.7520981, 7863819, 7888112
DAFTAR ISI
Cover
...............................................................................................................
Daftar
Isi ..........................................................................................................
I.
Pendahuluan
......................................................................................
I.A. Latar Belakang....................................................................................
I.B. Rumusan Masalah
...............................................................................
I.C. Metode Penelitian.................................................................................
II. Pembahasan .....................................................................................
II.A. Pengertian Sikap Sosial.......................................................................
II.B. Sikap Sosial dan Individual...................................................................
II.C. Proses Sosialisasi................................................................................
II.D. Faktor-Faktor ysng Mempengaruhi Sosialisasi........................................
II.E.
Media Sosialisasi.................................................................................
III.
Penutup .............................................................................................
III.A. Kesimpulan .....................................................................................
Daftar
Pustaka....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.A.
Latar Belakang
Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut
attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan
kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888
Lange menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Kemudian
konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi.
Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan
perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku
yang berbeda di dalam situasi yang sebagian besar gejala ini diterangkan oleh
adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti
yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan.
Dalam sosialisasi, baik sosialisasi yang terjadi lewat pengalaman-pengalaman interaksi sosial, maupun yang terjadi lewat pengajaran-pengajaran formal, yang dialami masing-masing warga kelompok itu tidak mungkin secara menyeluruh sama. Seperti kita ketahui, kultur masyarakat modern itu lebih banyak mengandung norma-norma alternatif dan norma-norma khusus dari pada mengandung norma-norma universal, yang oleh karenanya mengakibatkan keragaman pada warga masyarakat. Dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran mi tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi inilah yang dinamika SIKAP. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukansifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Kemudian disini pemakalah akan membahas tentang “Sikap Sosial dalam Beradaptasi dan Sosialisasi”.
I.B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan sikap sosial ?
3. Apa yang
dimaksud dengan sikap sosial dan individual ?
4. Bagaimana proses sosialisasi
individu ke dalam dunia sosial
2.
Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sosialisasi?
3. Media sosialisasi apa saja
yang dapat membantu individu dalam beradaptasi sosial?
I.C.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kepustakaan. Pemilihan
metode ini karena penelitian yang dillakukan ditujukan untuk mengidentifikasi
masalah sosialisasi dan adaptasi sosial dengan mengacu pada literetur-literatur,
artikel-artikel dan sumber bacaan lain.
BAB II
PEMBAHASAN
II.A.
Pengertian Sikap Sosial
Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.
Tiap-tiap
sikap mempunyai 3 aspek :
1. Aspek Kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala
mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan
serta harapan-haapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.
2. Aspek Afekit berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan
tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang
ditujukan kepada objek-ojek tertentu.
3. Aspek Konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan
untuk berbuatu sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan,
menjauhkan diri dan sebagainya.
Di samping sikap sosial yang terdapat sikap individual, yaitu sikap yang hanya dimiliki oleh perseorangan, misalnya: Sikap atau kesukaan seseorang terhadap burung-burung tertentu, seperti perkutut, parkit, merpati, dan sebagainya.
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan
yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.
Objek psikologi di sini meliputi: simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga,
ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu
objeic psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable,
sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek
psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek
psikologi (Back, Kurt W., 1977, hal.3).
John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan
sikap sebagai kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau
negatif terhadap objek atau situasi.
Sedangkan Genmgan mendefinisikan bahwa pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan unmk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama.
Sedangkan Genmgan mendefinisikan bahwa pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan unmk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama.
II.B.
Sikap Sosial Dan Individual
1. Sikap Sosial
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh
orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang
dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap berkabung
seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.
Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:
Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:
a. Subjek orang-orang dalam kelompoknya.
b. Objek-objeknya sekelompok, objeknya sosial.
c. Dinyatakan berulang-ulang.
2. Sikap Individual
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi
seorang. Objeknya pun bukan merupakan objek sosial. Misalnya: Sikap yang berupa kesenangan
atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.
Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas:
1. Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, merima, mengakui, menyetujui,
Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas:
1. Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, merima, mengakui, menyetujui,
Serta melaksanakan
norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.
2. Sikap negatif:
sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui
terhadap norma-norma yang berlaku di mana
individu itu berada.
Sikap positif/negatif ini tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang berlaku.
Oleh karena itu untuk menentukan apakah sikap ini positif/ negatifperlu dikonsultasikan dengan norma yang berlaku di situ. Di samping itu masing-masing kelompok atau kesatuan sosial memiliki norma sendiri-sendiri yang mungkin saling berbeda atau bahkan bertentangan. Sikap yang dliperlihatkan oleh individu dalam kelompok A dianggap atau dinilai sebagai sikap yang negatif, belum tentu sikap yang sama yang diperlihatkan oleh anggota kelompok B juga dinilai sebagai sikap negatif.
II.C.
Proses Sosialisasi
Proses pembimbingan individu ke
dalam dunia sosial disebut Sosoalisasi. Sosialisasi dilakukan
dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya
agar ia menjadi anggota yang lebih baik dalam masyarakat dan dalam berbagai
kelompok khusus. Sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan. Sosialisasi
adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah laku,
kebiasaan serta pola-pola kebudayaan. Juga ketrampilan sosial seperti
berbahasa, bergaul, berpakaian dan cara makan. Seluruh proses sosialisasi
berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungannya.
- Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah implus-implus dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
- Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup.
- Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkannya sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.
II.D.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi individu berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk
sosial. Pribadi atau makhluk sosial ini merupakan kesatuan integral dan
sifat-sifat individu yang berkembang melalui proses sosialisasi, sifat mana
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat.
- Sifat dasar
- Lingkungan prenatal
- Perbedaan individual
- Lingkungan
- Motivasi
Metode-metode
yang dipergunakan oleh orang dewasa atau masyarakat dalam mempengaruhi proses
sosialisasi anak dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:
- Metode ganjaran dan hukuman, tingkah laku anak yang salah, tidak baik, tercela, kurang pantas, tidak diterima oleh masyarakat mendapatkan hukuman, sedangkan tingkah laku yang sebaiknya mendapatkan ganjaran. Hukuman dapat berupa hukuman badan (pukulan), dapat pula berupa hukuman sosial (diasingkan, dikurangi hak-haknya, dikucilkan dan sebagainya).
- Metode didactic teaching. Dengan metode ini kepada anak diajarkan berbagai macam pengetahuan, dan ketrampilan melalui pemberian informasi, ceramah dan penjelasan. Metode ini digunakan dalam pendidikan sekolah, pendidikan agama, pendidikan kepramukaan, dan sebagainya.
- Metode pemberian contoh. Dengan contoh itu terjadi proses imitasi (peniruan) tingkah laku dan sifat-sifat orang dewasa oleh anak.
II.E.
Media
Sosialisasi
Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau
disebut juga sebagai agen sosialisasi (agent of socialization) atau
sarana sosialisasi. Yang dimaksud dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak
yang membantu seseorang individu menerima nilai-nilai atau tempat di mana
seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya
dewasa.
Secara
rinci, beberapa media sosialisasi yang utama adalah:
1.
Keluarga
Anak yang
baru lahir (bayi) mengalami proses sosialisasi yang paling pertama adalah di
dalam keluarga. Dari sinilah anak pertama kali mengenal lingkungan sosial dan
budayanya, juga mengenal seluruh anggota keluarganya–ayah, ibu, dan
saudara-saudaranya—sampai anak itu mengenal dirinya sendiri.
2.
Kelompok Bermain
Kelompok
bermain—baik yang berasal dari kerabat, tetangga maupun teman sekolah—merupakan
agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam membentuk pola-pola perilaku
seseorang. Di dalam kelompok bermain, anak mempelajari berbagai kemampuan baru
yang acapkali berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya.
Di dalam
kelompok bermain individu mempelajari norma nilai, kultural, peran, dan semua
persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan pertisipasinya
yang efektif di dalam kelompok permainannya.
3.
Sekolah
Sekolah
merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Sekolah mempunyai
potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan perilaku
seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru di
kemudian hari—di kala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada
orang tua atau keluarganya.
4.
Lingkungan Kerja
Di dalam
lingkungan kerja inilah individu saling berinteraksi dan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya.
5.
Media Massa
Dalam
kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat
penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari suatu pihak ke
pihak lain. Akibat pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu
yang sangat singkat, informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan,
pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya dengan mudah diterima
oleh masyarakat, sehingga media massa—surat kabar, TV, film, radio, majalah,
dan lainnya—mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan
norma-norma baru kepada masyarakat.
Proses
sosialisasi tidak selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah kesulitan
diantaranya:
1. Kesulitan ekonomi
2. Pola norma yang beragam atau bertentangan
3. Perubahan-perubahan sosial yang terlalu cepat dan
beragam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1
Pengertian
Sikap Sosial
Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan
perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah
kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang
terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam
satu masyarakat.
Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek :
Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek :
1
Aspek Kognitif
2
Aspek Afekit
3
Aspek
Konatif
Di samping
sikap sosial yang terdapat sikap individual, yaitu sikap yang hanya dimiliki
oleh perseorangan, misalnya: Sikap atau kesukaan seseorang terhadap burung-burung
tertentu, seperti perkutut, parkit, merpati, dan sebagainya.
2 Sikap
Sosial Dan Individual
1
Sikap
Sosial
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh
orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang
dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap berkabung
seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.
Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:
Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:
a. Subjek orang-orang dalam kelompoknya.
b. Objek-objeknya sekelompok, objeknya sosial.
c. Dinyatakan berulang-ulang.
2. Sikap Individual
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi
seorang. Objeknya pun bukan merupakan objek sosial. Misalnya: Sikap yang berupa kesenangan
atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.
Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas:
1. Sikap positif
Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas:
1. Sikap positif
2. Sikap negatif
3.
Proses sosialisasi
Sosialisasi
adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah laku,
kebiasaan serta pola-pola kebudayaan. Juga ketrampilan sosial seperti
berbahasa, bergaul, berpakaian dan cara makan. Seluruh proses sosialisasi
berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungannya.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi
- Sifat dasar
- Lingkungan prenatal
- Perbedaan individual
- Lingkungan dan,
- Motivasi.
- Media sosialisasi
2. Media Sosialisasi
- Keluarga
- Kelompok bermain
- Sekolah
- Lingkungan kerja
- Media massa
DAFTAR PUSTAKA
Djuhan, M. Widda, Sosiologi Pendidikan, Ponorogo:
Lembaga Penerbit Pengembangan Ilmu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN),
2008
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1982
Narwoko, J. Dwi, Sosiologi: Teks Pengantar &
Terapan, Jakarta: Prenada Media, 2004
[1] M. Widda Djuhan, Sosiologi
Pendidikan, (Ponorogo: Lembaga Penerbit Pengembangan Ilmu Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN), 2008), 70.
[2] Abu Ahmadi, Sosiologi
Pendidikan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982), 138.
[3] Ibid., 141.
[5] Ibid., 145.
0 komentar:
Posting Komentar